Suporter Timnas Malaysia / Republika/Edwin Dwi Putranto |
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh AA Ariwibowo/Antara
Jontor, setelah dilibas oleh Singapura 0-3 di hadapan publik sendiri, pasukan "Harimau Malaya" kini tengah disengat rasa cemas, diguncang rasa galau. Mengapa?
Lawan selanjutnya, justru tim "Garuda" yang digadang-gadang siap tampil sebagai pasukan yang siap "koit" di lapangan. Baik pasukan Indonesia maupun Malaysia akan baku serang dalam laga terakhir Grup B Piala AFF 2012 yang digelar di Stadion Bukit Jalil, Sabtu (1/12).
Setelah tim kesayangannya keok, media massa Malaysia kemudian melontarkan sentilan sana-sana mengenai penampilan Harimau Malaya yang kurang menunjukkan tabiat siap menerkam lawan. Nyatanya, sentilan itu mujarab.
Kalah tiga gol tanpa balas membuat pasukan Malaysia berada dalam kondisi palung tanpa dasar alias cemas. Nah, setelah merasa cemas, mereka bangkit kemudian membungkam Laos 4-1 pada lanjutan penyisihan Grup B Piala AFF 2012 di Stadion Bukit Jalil, Rabu (28/11).
Adakah "Harimau Malaya" tengah dirundung cemas? Cemas, adalah suasana hati tidak nyaman. Ketika merasa cemas, setiap manusia mendamba "pembebasan", salah satunya melarikan diri atau memotivasi diri untuk memperoleh kemenangan dalam setiap laga kehidupan.
Bermodal rasa cemas itulah, Malaysia mampu mencetak gol lebih dulu pada menit ke-16 berkat tendangan bebas dari Safiq Rahman yang menusuk pojok kiri atas gawang Laos yang dikawal Sengphachan.
Bermodal rasa cemas itu pula, tim besutan Rajagobal mengawali menit-menit awal babak kedua dengan tampil langsung menggebrak lini pertahanan Laos. Hasilnya, gol demi gol lahir, dari Safee (menit ke-67), Zack Zaikal (menit ke-76), Muhyemeen Zambri (menit ke-80). Sepuluh menit tersisa, Laos dihujani serangan bertubi-tubi, meski tidak ada gol tambahan hingga laga paripurna.
Kini rasa cemas juga menerpa seantero publik bola Malaysia. Pelatih timnas junior Malaysia dalam ajang SEA Games 2011, Ong Kim Swee coba menutup rasa cemas itu dengan melontarkan pernyataan suam-suam kuku. "Pastikan sorakan untuk membakar semangat pemain kita sepanjang perlawanan supaya tidak kedengaran suara Indonesia," katanya seperti dikutip Berita Harian.
Rasa cemas seakan meneror pecinta bola Malaysia. Ultras Malaya bakal menerjunkan ribuan anggotanya ke Stadion Bukit Jalil untuk mendukung skuad Harimau Malaya. "Dengan semakin banyak, maka sorakannya akan semakin kuat," kata wakil Ultras Malaya, Redzuan Ahmad, seperti dikutip Berita Harian.
Mantan pelatih timnas Malaysia, B. Sathianathan, tanpa tedeng aling-aling meremehkan kekuatan timnas Indonesia. "(Kekuatan) Indonesia sudah menurun dibandingkan skuad mereka pada (Piala AFF) 2010. Saya yakin kita tidak menghadapi masalah besar untuk meraih kemenangan," katanya seperti dikutip Utusan Online.
Pernyataan-pernyataan sarat rasa cemas itu, mewakili apa yang disebut sebagai mentalitas gerombolan dari kekuatan massa. Bapak psikologi massa, Gustave Le Bon, menulis bahwa massa itu berperilaku bodoh, mudah diprovokasi, bersifat rasistis. Singkatnya, massa itu itu irrasional alias nyerempet-nyerempet dungu, karena mudah diombang-ambingkan oleh emosi dan mudah percaya.
Staf pengajar STF Drijarkara, F. Budi Hardiman mengutip filsuf Ortega Y Gasset dalam bukunya Memahami Negativitas, menulis bahwa gerombolan massa kerap kali bertindak hanya dengan satu cara, yakni mengeroyok.
Dan laga bola mengikutsertakan tim keduabelas, yakni pendukung yang siap mengeroyok lawan, karena mereka menggenggam keyakinan bahwa kelompok yang bukan "kita" sejatinya adalah musuh.
Dengan begitu, laga yang dilabel sebagai el Clasico Melayu itu merupakan pertarungan antara suporter Indonesia melawan pendukung Malaysia. Perang suporter!
Buktinya, pendukung Indonesia belum-belum sudah menerima teror dari suporter Malaysia usai laga Indonesia versus Singapura.
Ada beberapa suporter Indonesia yang diduga telah dibogem oleh pendukung Malaysia di area stadion Bukit Jalil. Ini salah satu contoh dari perilaku mentalitas gerombolan yang menggemari kekerasan, meniup isu berbau rasis yang justru ditentang dalam laga sepak bola.
Masih ingat memori dari insiden laser di ajang Piala AFF 2010? Masih ingat luka batin yang dialami Harimau Malaya ketika dilumat skuad asuhan pelatih Indonesia saat itu, Alfred Riedl? Di fase penyisihan Grup A, Cristian Gonzales menekuk timnas Malaysia 5-1.
Mengapa Harimau Malaya dirundung cemas dan didera luka batin? Mereka ingin menjaga asa untuk mepertahankan gelar juara yang mereka raih dua tahun lalu. Selain itu, tim Malaysia tidak ingin lagi menanggung malu lantaran duel ini terpateri sebagai kompetisi gengsi bagi dua negara serumpun.
Kini, dengan laga Indonesia melawan Malaysia, rasa-rasanya jargon "negara serumpun" perlu diberi tanda kurung, karena di seberang sana ada harga diri bangsa Indonesia.
"Kami mulai fokus ke pertandingan melawan Malaysia. Ini harga diri bangsa dan kami berpikir untuk memberi kemampuan terbaik. Saya yakin para pemain sudah siap dan tidak berpengaruh tekanan yang akan diberikan suporter lawan, karena mereka sudah sering mengalaminya di pertandingan-pertandingan sebelumnya," kata pelatih timnas Indonesia, NilMaizar.
Jontor, setelah dilibas oleh Singapura 0-3 di hadapan publik sendiri, pasukan "Harimau Malaya" kini tengah disengat rasa cemas, diguncang rasa galau. Mengapa?
Lawan selanjutnya, justru tim "Garuda" yang digadang-gadang siap tampil sebagai pasukan yang siap "koit" di lapangan. Baik pasukan Indonesia maupun Malaysia akan baku serang dalam laga terakhir Grup B Piala AFF 2012 yang digelar di Stadion Bukit Jalil, Sabtu (1/12).
Setelah tim kesayangannya keok, media massa Malaysia kemudian melontarkan sentilan sana-sana mengenai penampilan Harimau Malaya yang kurang menunjukkan tabiat siap menerkam lawan. Nyatanya, sentilan itu mujarab.
Kalah tiga gol tanpa balas membuat pasukan Malaysia berada dalam kondisi palung tanpa dasar alias cemas. Nah, setelah merasa cemas, mereka bangkit kemudian membungkam Laos 4-1 pada lanjutan penyisihan Grup B Piala AFF 2012 di Stadion Bukit Jalil, Rabu (28/11).
Adakah "Harimau Malaya" tengah dirundung cemas? Cemas, adalah suasana hati tidak nyaman. Ketika merasa cemas, setiap manusia mendamba "pembebasan", salah satunya melarikan diri atau memotivasi diri untuk memperoleh kemenangan dalam setiap laga kehidupan.
Bermodal rasa cemas itulah, Malaysia mampu mencetak gol lebih dulu pada menit ke-16 berkat tendangan bebas dari Safiq Rahman yang menusuk pojok kiri atas gawang Laos yang dikawal Sengphachan.
Bermodal rasa cemas itu pula, tim besutan Rajagobal mengawali menit-menit awal babak kedua dengan tampil langsung menggebrak lini pertahanan Laos. Hasilnya, gol demi gol lahir, dari Safee (menit ke-67), Zack Zaikal (menit ke-76), Muhyemeen Zambri (menit ke-80). Sepuluh menit tersisa, Laos dihujani serangan bertubi-tubi, meski tidak ada gol tambahan hingga laga paripurna.
Kini rasa cemas juga menerpa seantero publik bola Malaysia. Pelatih timnas junior Malaysia dalam ajang SEA Games 2011, Ong Kim Swee coba menutup rasa cemas itu dengan melontarkan pernyataan suam-suam kuku. "Pastikan sorakan untuk membakar semangat pemain kita sepanjang perlawanan supaya tidak kedengaran suara Indonesia," katanya seperti dikutip Berita Harian.
Rasa cemas seakan meneror pecinta bola Malaysia. Ultras Malaya bakal menerjunkan ribuan anggotanya ke Stadion Bukit Jalil untuk mendukung skuad Harimau Malaya. "Dengan semakin banyak, maka sorakannya akan semakin kuat," kata wakil Ultras Malaya, Redzuan Ahmad, seperti dikutip Berita Harian.
Mantan pelatih timnas Malaysia, B. Sathianathan, tanpa tedeng aling-aling meremehkan kekuatan timnas Indonesia. "(Kekuatan) Indonesia sudah menurun dibandingkan skuad mereka pada (Piala AFF) 2010. Saya yakin kita tidak menghadapi masalah besar untuk meraih kemenangan," katanya seperti dikutip Utusan Online.
Pernyataan-pernyataan sarat rasa cemas itu, mewakili apa yang disebut sebagai mentalitas gerombolan dari kekuatan massa. Bapak psikologi massa, Gustave Le Bon, menulis bahwa massa itu berperilaku bodoh, mudah diprovokasi, bersifat rasistis. Singkatnya, massa itu itu irrasional alias nyerempet-nyerempet dungu, karena mudah diombang-ambingkan oleh emosi dan mudah percaya.
Staf pengajar STF Drijarkara, F. Budi Hardiman mengutip filsuf Ortega Y Gasset dalam bukunya Memahami Negativitas, menulis bahwa gerombolan massa kerap kali bertindak hanya dengan satu cara, yakni mengeroyok.
Dan laga bola mengikutsertakan tim keduabelas, yakni pendukung yang siap mengeroyok lawan, karena mereka menggenggam keyakinan bahwa kelompok yang bukan "kita" sejatinya adalah musuh.
Dengan begitu, laga yang dilabel sebagai el Clasico Melayu itu merupakan pertarungan antara suporter Indonesia melawan pendukung Malaysia. Perang suporter!
Buktinya, pendukung Indonesia belum-belum sudah menerima teror dari suporter Malaysia usai laga Indonesia versus Singapura.
Ada beberapa suporter Indonesia yang diduga telah dibogem oleh pendukung Malaysia di area stadion Bukit Jalil. Ini salah satu contoh dari perilaku mentalitas gerombolan yang menggemari kekerasan, meniup isu berbau rasis yang justru ditentang dalam laga sepak bola.
Masih ingat memori dari insiden laser di ajang Piala AFF 2010? Masih ingat luka batin yang dialami Harimau Malaya ketika dilumat skuad asuhan pelatih Indonesia saat itu, Alfred Riedl? Di fase penyisihan Grup A, Cristian Gonzales menekuk timnas Malaysia 5-1.
Mengapa Harimau Malaya dirundung cemas dan didera luka batin? Mereka ingin menjaga asa untuk mepertahankan gelar juara yang mereka raih dua tahun lalu. Selain itu, tim Malaysia tidak ingin lagi menanggung malu lantaran duel ini terpateri sebagai kompetisi gengsi bagi dua negara serumpun.
Kini, dengan laga Indonesia melawan Malaysia, rasa-rasanya jargon "negara serumpun" perlu diberi tanda kurung, karena di seberang sana ada harga diri bangsa Indonesia.
"Kami mulai fokus ke pertandingan melawan Malaysia. Ini harga diri bangsa dan kami berpikir untuk memberi kemampuan terbaik. Saya yakin para pemain sudah siap dan tidak berpengaruh tekanan yang akan diberikan suporter lawan, karena mereka sudah sering mengalaminya di pertandingan-pertandingan sebelumnya," kata pelatih timnas Indonesia, NilMaizar.
Redaktur: Heri Ruslan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar