Herbal

Senin, 20 Mei 2013

Kompak dengan Ibu Mertua


Membicarakan soal ibu mertua itu menarik dan penting sekali. Bagi seorang istri, ibu mertua laksana ibu suri dalam kerajaan keluarganya. Seseorang yang memiliki hak-hak prerogatif atas suaminya.

Jika seorang perempuan setelah menikah maka kewajiban khidmat yang paling pertama dan utama adalah kepada suaminya, maka tidak demikian dengan seorang laki-laki. Anak laki-laki adalah milik ibunya.

 Setelah seorang lelaki menikah, kewajiban khidmat dan bakti kepada orangtuanya terutama sekali ibunya sama sekali tidak putus, tidak ada yang berubah.

Tidak satu dua bangunan rumah tangga yang  roboh karena kecemburuan yang berujung hasad (kedengkian) antara menantu perempuan dan ibu mertuanya. Orang-orang berkata, “Sebaik-baik ibu adalah seburuk-buruk mertua.” Maksudnya, bahwa semakin mendalam cinta seorang ibu kepada putranya, maka semakin tinggi pula kecemburuan terhadap wanita manapun yang akan menghalanginya dari putranya. Ibu seperti tiba-tiba merasa bahwa gara-gara putranya menikah, maka dirinya diabaikan dan menganggur. Karena, sebelum pernikahan putranya, beliaulah yang merawatnya, dan itu sudah menjadi kesibukannya sehari-hari selama berbelas-belas tahun. Tentu ada efek kehilangan yang beliau rasakan. Dan dari sinilah biasanya timbul problema.

Sebagai seorang istri tentu kita tak ingin perasaan-perasaan ibu mertua kita menjadi batu sandungan dalam ketentraman rumah tangga kita.  Karena, pernikahan yang kita lakukan adalah untuk meraih keberkahan dan kebaikan, sebagaimana do’a-do’a yang mengalir dari orangtua, kerabat, dan sahabat-sahabat kita;

“Barakallahulaka wabarakallahu alaika wajama’a baynakuma fie khair.” Semoga Allah memberkahimu dan semoga berkah Allah atasmu dan semoga Allah mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.

Keberkahan dan kebaikan diri kita tentu tak sempurna dirasa jika ada pihak manapun yang terganggu atas terwujudnya keluarga kecil kita –dalam hal ini ibu mertua kita-. Maka, di sini ada usaha yang harus kita tunaikan agar keberkahan itu juga dirasakan oleh ibu mertua kita. Agar sebagai istri, kita menjadi istri yang senantiasa dido’akan kebaikan oleh sang ibu mertua.

Beberapa langkah berikut insya Allah bisa kita lakukan agar kita bisa selalu kompak dengan ibu mertua:

  1. Kita harus tahu sejauh mana kecemburuan ibu mertua kita berkaitan dengan putranya –suami kita. Jadi, kita bisa lebih hati-hati terhadap hal-hal yang dapat memancing kecemburuan ibu mertua kita. Misalkan, jika sang ibu mertua memang pencemburu dan sensitif, alangkah bijaknya jika kita tidak memancing kecemburuannya dengan membuat suami mencandai kita di depan ibunya. Sedapat mungkin kita pun menghormati dan menghargai ibu mertua sebagaimana kita bersikap terhadap ibu kandung kita.
  2. Hendaknya kita tak berlebih-lebihan menceritakan tentang kasih sayang suami terhadap diri kita kepada ibu mertua kita, baik tentang kelembutannya maupun cintanya.
  3. Hendaknya kita berusaha menjadi sahabat ibu mertua kita, dan jangan sekali-kali membuatnya marah.
  4. Menyadari bahwa kita seharusnya banyak-banyak berterima kasih kepada ibu mertua kita, karena kini kita lah yang memanen hasil kerja kerasnya mendidik anak laki-lakinya. Jika kini suami kita menjadi suami yang shalih, bertanggung jawab, menyayangi istri dan anak-anaknya tentu semua itu tidak lepas dari peluh dan air mata ibu mertua kita.
  5. Menyadari bahwa kita pun kelak insya Allah akan mungkin berperan sebagai ibu mertua. Apa-apa yang nanti kita inginkan dari menantu perempuan kita selayaknya itulah yang kini kita persembahkan kepada ibu mertua kita. Baik memahami perasaannya juga membantu suami berkhidmat kepada ibunya.

Jadi, mari kompak dengan ibu mertua! (esqiel/muslimahzone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...