Tim Persipon (Elang Khatulistiwa) |
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Beberapa waktu lalu, kita sangat bangga ketika Persatuan Sepakbola Indonesia Pontianak (Persipon) yang merupakan klub kesayangan masyarakat Kota Pontianak, dan Kalbar pada umumnya, berhasil masuk ke ajang Divisi Utama PSSI.
Ini prestasi yang luar biasa dan menjadi sejarah baru dalam dunia
Ini prestasi yang luar biasa dan menjadi sejarah baru dalam dunia
persepakbolaan Kalbar. Harapan yang kemudian berkembang adalah Persipon --yang berjuluk Elang Khatulistiwa-- akan mampu menunjukkan cakarnya yang perkasa, sehingga ujung-ujungnya mendapat promosi ke Liga Primer Indonesia (LPI).
Sayang, kebanggaan itu perlahan mulai menyusut. Ada banyak isu yang berseliweran terkait status dan masa depan Persipon. Yang paling ekstrem adalah Persipon tidak akan memanfaatkan kesempatan berlaga di ajang Divisi Utama karena sejumlah kendala. Yang paling utama adalah kendala dana.
Jajaran manajemen Persipon dikabarkan tak sanggup menanggung biaya kompetisi, mulai dari kontrak pemain dan pelatih, biaya penyelenggaraan pertandingan kandang dan tandang, dan sejumlah komponen lain yang diprediksi lebih dari Rp 5 miliar untuk satu musim kompetisi.
Apapun isu yang berkembang di luar, kita tetap percaya bahwa pengurus dan manajemen Persipon, yang tentunya akan didukung penuh oleh berbagai elemen masyarakat, tidak akan melepaskan kesempatan emas yang sudah ada dalam genggaman.
Kita percaya, Persipon akan tetap berlaga di ajang Divisi Utama PSSI sebagai bentuk pembuktian diri atas tekad yang membara dari para pemain, pelatih, dan ofisial, serta harapan yang membuncah dari suporter dan seluruh masyarakat Kalbar.
Pertanyaannya kemudian, apa yang telah dilakukan untuk membawa Persipon menuju capaian puncaknya? Untuk berlaga di Divisi Utama, apakah itu Liga Primer Indonesia atau Liga Super Indonesia, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi.
Persyaratan itu sifatnya mengikat karena merupakan manual resmi yang mengacu kepada induk sepakbola Asia, AFC, yang tentunya berujung pada federasi sepakbola dunia, FIFA.
Sebagaimana yang sudah kerap dikemukakan, klub peserta divisi utama haruslah merupakan klub profesional penuh berbentuk perseroan terbatas (PT), yang dibiayai oleh swasta, baik perseorangan, perusahaan, maupun konsorsium. Dengan demikian, klub tidak boleh lagi "menetek" dari dana APBD.
Padahal, sebagaimana dimaklumi, Persipon dalam kiprahnya di Divisi II maupun Divisi I sangat bergantung pada dana APBD tersebut.
Sejumlah syarat lain, seperti memiliki stadion sendiri, atau setidaknya berbagi dengan maksimal satu tim terdekat, patut dipikirkan. Apakah fasilitas yang ada di Stadion Kebon Sajoek yang selama ini menjadi markas Persipon sudah memenuhi standar PSSI? Jika tidak, apakah memungkinkan menggunakan Stadion Sultan Syarif Abdurrahman, tentu dengan segala konsekuensinya?
Jika mengacu pada rencana semula yang ditetapkan pada 19 November 2012, kick off Divisi Utama 2013 akan dimulai pada 2 Maret 2013 mendatang. Dengan waktu yang tersisa 2,5 bulan, mampukah kita mempersiapkan semua persyaratan untuk bekal ke Divisi Utama? Terutama soal pendanaan, mampukah kita menyiapkan dana lenih dari Rp 5 miliar, malah mungkin sampai Rp 8 miliar? Kita toh tak ingin Persipon berhenti di tengah jalan karena kehabisan dana dan tak mampu membayar gaji pemainnya.
Karena itu, tak ada salahnya jika sejak sekarang kita semua "gelisah" dan berbuat sesuatu untuk membantu Elang Khatulistiwa agar tetap terbang tinggi. Kita percaya, kalau semua berpegangan tangan dan melangkah bersama, maka hambatan apapun yang ada di depan bisa teratasi.
Termasuk soal dana, kalau semua pihak ikut bersatu membantu, seberat apapun target itu, yakinlah akan bisa tercapai.
Saking gelisahnya, sempat muncul ide dari berbagai kalangan untuk melakukan gerakan "Koin untuk Persipon", sebagai simbol perjuangan membantu klub kesayangan dan kebanggaan Kalbar. Mengapa tidak?
Penulis : Andi Asmadi
Editor : Bowo
Sumber : Tribun Pontianak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar