Yum Brands Inc, perusahaan induk jaringan restoran cepat saji KFC, meminta maaf kepada pelanggan di China atas penanganan terhadap isu penggunaan bahan terlarang untuk mempercepat pertumbuhan ayam.
“Kami menyesalkan kecerobohan dalam proses pemeriksaan internal dan kurangnya komunikasi,” kata Direktur Eksekutif Yum Brands, Su Jingshi, dalam akun media sosial Weibo.
Yum, yang setengah dari keuntungannya diperoleh dari China, mengingatkan pada Senin (7/1), penyiaran terburu-buru dari hasil penelitian badan pengawas makanan telah memukul penjualan di China lebih dari yang diperkirakan pada kuartal keempat 2012.
Shanghai Food and Drug Administration menemukan 1 dari 8 ayam sampel yang diteliti mengandung level obat-obatan antiviral dalam level yang mencurigakan.
Skandal mulai terkuak saat stasiun televisi negara China Central Television melaporkan pada akhir Desember, beberapa ayam KFC dan McDonald Corp mengandung obat antiviral dan hormon perangsang pertumbuhan.
Juru bicara Yum mengatakan pada Kamis (10/1) bahwa perusahaan telah menghentikan kerjasa sama dengan dua penyedia ayam sebelum penyelidikan resmi diumumkan. Penghentian tersebut dilakukan setelah dua uji acak menunjukkan bahwa dua penyuplai itu tidak memenuhi standar Yum.
Su, di sisi lain meminta maaf karena perusahaannya tidak secara aktif melaporkan uji acak tersebut kepada pemerintah dan juga atas kekurangan transparansi.
Bagaimanapun juga, buruknya strategi media telah memukul citra KFC di China, di mana merek dari negara barat dianggap lebih aman dan lebih berkualitas dibanding milik negara sendiri. Keamanan makanan adalah perhatian utama bagi konsumen.
“Mereka akhirnya meminta maaf sekarang, namun ini sudah terlambat. Saya tidak tahu apakah orang lain dapat memaafkan mereka atau tidak, namun yang jelas saya tidak!” tulis Jackson Dong dalam akun Weibo.
Yum, yang mempunyai lebih dari 5.100 restoran di China dan merupakan operator restoran barat terbesar di negara itu, sebelumnya menarik beberapa produk pada 2005 karena mengandung pewarna Sudan Red, yang dilarang sebagai bahan makanan karena dapat meningkatkan risiko kanker. (Pz/Islampos/News.com)
“Kami menyesalkan kecerobohan dalam proses pemeriksaan internal dan kurangnya komunikasi,” kata Direktur Eksekutif Yum Brands, Su Jingshi, dalam akun media sosial Weibo.
Yum, yang setengah dari keuntungannya diperoleh dari China, mengingatkan pada Senin (7/1), penyiaran terburu-buru dari hasil penelitian badan pengawas makanan telah memukul penjualan di China lebih dari yang diperkirakan pada kuartal keempat 2012.
Shanghai Food and Drug Administration menemukan 1 dari 8 ayam sampel yang diteliti mengandung level obat-obatan antiviral dalam level yang mencurigakan.
Skandal mulai terkuak saat stasiun televisi negara China Central Television melaporkan pada akhir Desember, beberapa ayam KFC dan McDonald Corp mengandung obat antiviral dan hormon perangsang pertumbuhan.
Juru bicara Yum mengatakan pada Kamis (10/1) bahwa perusahaan telah menghentikan kerjasa sama dengan dua penyedia ayam sebelum penyelidikan resmi diumumkan. Penghentian tersebut dilakukan setelah dua uji acak menunjukkan bahwa dua penyuplai itu tidak memenuhi standar Yum.
Su, di sisi lain meminta maaf karena perusahaannya tidak secara aktif melaporkan uji acak tersebut kepada pemerintah dan juga atas kekurangan transparansi.
Bagaimanapun juga, buruknya strategi media telah memukul citra KFC di China, di mana merek dari negara barat dianggap lebih aman dan lebih berkualitas dibanding milik negara sendiri. Keamanan makanan adalah perhatian utama bagi konsumen.
“Mereka akhirnya meminta maaf sekarang, namun ini sudah terlambat. Saya tidak tahu apakah orang lain dapat memaafkan mereka atau tidak, namun yang jelas saya tidak!” tulis Jackson Dong dalam akun Weibo.
Yum, yang mempunyai lebih dari 5.100 restoran di China dan merupakan operator restoran barat terbesar di negara itu, sebelumnya menarik beberapa produk pada 2005 karena mengandung pewarna Sudan Red, yang dilarang sebagai bahan makanan karena dapat meningkatkan risiko kanker. (Pz/Islampos/News.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar