Herbal

Senin, 09 Desember 2013

Mengatasi Ketakutan Berlebih Pada Anak

Ilustrasi
Menurut  dr. Lena Panjaitan, Med., ketakutan terbagi menjadi dua jenis, wajar dan tidak wajar, yang dikenal dengan fobia dan trauma. Khusus untuk anak-anak mereka sering memiliki rasa takut terhadap sesuatu seperti hantu, kegelapan, atau sendiri di sebuah ruangan. Hal tersebut wajar dan muncul secara alami.

Ketakutan merupakan reaksi seseorang terhadapa ancaman dari luar.  Sebagai ungkapan rasa takut, biasanya anak akan menangis atau murung. Mereka akan menjunjukkan perilaku yang lain dari biasanya. Di sini orang tua harus tanggap. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah orangtua wajib menciptakan rasa nyaman. Bukan menghardik, membentak, atau ditertawai. Orangtua dapat memberikan pelukan hangat saat anak merasa takut, setelah itu mencari penyebab utama ketakutan anak.

Menurut psikiater lulusan Leeds University ini, respon yang salah dari orangtua, seperti memarahi, menghardik dan menertawakan saat anak mengalami ketakutan dapat membekas menjadi hal yang negatif pada diri anak. Orangtua harus mengatasi ketakutan anak ini dengan telaten dan penuh kasih sayang.

Lima tahun pertama adalah masa perkembangan seorang anak dalam membentuk karakter dan emosional. Dalam masa itu, rasa atakut terbentuk. Jika tidak tertangani dengan tepat, mungkin saja hal tersebut dapat berkelanjutan dan menjadi sesuatu yang tidak wajar pada perkembangan selanjutnya seperti fobia dan trauma.

Lena menjelaskan, fobia dan trauma memiliki perbedaandari segi penyebabnya. Fobia adalah ketakutan terhadap sesuatu yang irasional atau tidak wajar. Misalnya fobia gelap atau ketinggian. Sementara itu, trauma adalah ketakutan karena guncangan psikis berat pada diri seseorang sebagai dampak kejadian nyata yang pahit pada masa lalu. Contohnya, trauma mengendarai mobil, karena pernah mengalami kecelakaan. Namun, dua jenis ketakutan ini dapat di atasi.

Umumnya, fobia dan trauma akut bisa ditangani orangtua yang dibantu ahlinya, psikolog atau psikiater. Namun, lama tidaknya pemulihan bergantung pada karakter anak serta support lingkungan.

Mencari Tahu Penyebab Utama Ketakutan

Anak selalu peka dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Hal ini akan tertanam di benak anak dan dirtiru dalam bentuk perilaku. Sebagian besar ketakutan pada diri anak biasanya muncul dari perilaku orang dewasa disekitarnya. Terutama keluarga sebagai lingkungan terdekatnya.

Orangtua kerap mengambil jalan pintas ketika menghadapi tingkah balita mereka, yakni dengan menakut-nakuti. Misalkan, “Pulang yuk, takut nanti ada badut,” atau,  “Kalau gak mau makan, nanti disuntik pak dokter lho!” Akibatnya anak dapat memiliki ketakutan yang tidak wajar (fobia) terhadap badut dan dokter. Alhasil orangtua sendiri yang di kemudian hari harus repot menghadapi fobia anaknya ini.

Manifestasi fobia ini bisa bermacam-macam, diantaranya menangis, nakal, murung, malas sekolah, mengompol, dan perilaku agresif. Sebab, anak dibawah tujuh tahun, cenderung sulit mengungkapkan rasa takut melalui kata-kata. Di sini, orangtua yang harus tanggap dengan perubahan pada anak.

Salah satu cara untuk mengetahui apa penyebab utama ketakutannya, adalah dengan mengajak anak menggambar bebas kemudian meminta mereka menceritakan gambarnya. Atau jika anak masih sulit mengungkapkan, orangtua dapat mengamati dengan seksama apa yang anak maksudkan dari gambarnya.  Biasanya anak akan menggambar sesuatu yang dominan dalam pikiran mereka.

Mengatasi Fobia yang Paling Sering Dijumpai

 Fobia sekolah, fobia ini dapat diatasi dengan pendampingan orangtua dan guru. Fobia dokter, si kecil mendapat pendampingan orang tua dan memperoleh suasana yang menyenangkan jika berkunjung ke dokter.

Fobia ruangan sempit, latih anak sedikit demi sedikit dengan pendampingan orangtua. Balikkan imaginasi buruk pada diri anak menjadi sesuatu yang mengasyikkan. Fobia petir,  beri ketenangan dari orang terdekat, lakukan pendampingan bertahap sampai anak berani sendiri menghadapinya. Fobia kegelapan, ceritakan atau visualisasikan bahwa kegelapan itu tidak harus menakutkan. Berikan rasa nyaman dan tenang. Tumbuhkan karakter berdoa pada diri anak, bahwa kita akan senantiasa dilindungi oleh Allah jika kita berdoa dan tidak melawanNya.

Sumber : muslimahzone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...