KONVOI bantuan kemanusiaan menuju Gaza yang menamakan diri “Mavi Marmara convoy” dicegah dari memasuki gerbang perbatasan Libya, Ras Jdir Rabu kemarin (13/3/2013) dengan alasan tidak memiliki visa masuk ke negara itu.
“Mavi Marmara Convoy” yang terdiri dari 11 kendaraan, sarat dengan bantuan medis untuk Gaza, menghadapi hambatan visa di perbatasan gerbang Tunisia-Libya, setelah mereka berhasil melewati Prancis, Spanyol, Maroko, Aljazair dan Tunisia.
Petugas bea cukai Libya mengatakan kepada warga Inggris, Amerika Serikat dan Irlandia yang ada dalam konvoi itu agar mereka kembali ke Tunisia karena mereka tidak bisa masuk ke negara tersebut tanpa visa.
Ihsan Semruh, salah satu penyelenggara konvoi bantuan, berbicara kepada koresponden Agency Anadolu mengatakan:
“Kami benar-benar kecewa dengan sikap para pejabat Libya. Kami mengharapkan banyak bantuan dari Libya. Kami pikir Libya akan mempermudah perjalanan kami setelah revolusi. Sangat membingungkan untuk menyaksikan hari seperti ini,” ujar Semruh.
“Datang dari jauh melalui Inggris, Prancis, Spanyol, Maroko, Aljazair dan Tunisia dengan mengalami banyak kesulitan, kelaparan dan kelelahan, kami berharap para pejabat Libya memungkinkan konvoi yang sarat dengan peralatan medis yang dikumpulkan dengan upaya beberapa bulan bisa masuk dan kami berharap bantuan tersebut akan diterima saudara Palestina kami. Konvoi ini membawa pesan untuk mengangkat embargo yang dikenakan terhadap Gaza,” tambah Semruh.
“Mavi Marmara Aid Convoy”, dinamai dengan nama kapal Mavi Marmara, telah berangkat dari Inggris pada tanggal 25 Februari lalu untuk melanggar embargo Israel di jalur Gaza.
Didampingi oleh 25 aktivis secara total, konvoi bantuan terdiri dari 11 kendaraan yang membawa bantuan obat-obatan, mainan dan komputer.
“Mavi Marmara Convoy” yang terdiri dari 11 kendaraan, sarat dengan bantuan medis untuk Gaza, menghadapi hambatan visa di perbatasan gerbang Tunisia-Libya, setelah mereka berhasil melewati Prancis, Spanyol, Maroko, Aljazair dan Tunisia.
Petugas bea cukai Libya mengatakan kepada warga Inggris, Amerika Serikat dan Irlandia yang ada dalam konvoi itu agar mereka kembali ke Tunisia karena mereka tidak bisa masuk ke negara tersebut tanpa visa.
Ihsan Semruh, salah satu penyelenggara konvoi bantuan, berbicara kepada koresponden Agency Anadolu mengatakan:
“Kami benar-benar kecewa dengan sikap para pejabat Libya. Kami mengharapkan banyak bantuan dari Libya. Kami pikir Libya akan mempermudah perjalanan kami setelah revolusi. Sangat membingungkan untuk menyaksikan hari seperti ini,” ujar Semruh.
“Datang dari jauh melalui Inggris, Prancis, Spanyol, Maroko, Aljazair dan Tunisia dengan mengalami banyak kesulitan, kelaparan dan kelelahan, kami berharap para pejabat Libya memungkinkan konvoi yang sarat dengan peralatan medis yang dikumpulkan dengan upaya beberapa bulan bisa masuk dan kami berharap bantuan tersebut akan diterima saudara Palestina kami. Konvoi ini membawa pesan untuk mengangkat embargo yang dikenakan terhadap Gaza,” tambah Semruh.
“Mavi Marmara Aid Convoy”, dinamai dengan nama kapal Mavi Marmara, telah berangkat dari Inggris pada tanggal 25 Februari lalu untuk melanggar embargo Israel di jalur Gaza.
Didampingi oleh 25 aktivis secara total, konvoi bantuan terdiri dari 11 kendaraan yang membawa bantuan obat-obatan, mainan dan komputer.
Sumber : islampos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar